Sabtu, 10 Oktober 2015

PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI SALON KECANTIKAN

PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI SALON KECANTIKAN

1. Pengertian
Acquired immuno deficiency syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena menurunnya sistem kekebalan tubuh. Oleh para pakar, AIDS dianggap sebagai penyakit yang mematikan. AIDS disebabkan oleh virus yang disebut human immunodeficiency virus (HIV), sampai saat ini belum ada obatnya (Sudibja, 1997).
HIV menggantikan virus terdahulu, yaitu LAV (lymphadenopathy associated virus) yang ditemukan oleh Montagnier dari Perancis dan HTLV-III (Human T-lymphotropic virus type III) ditemukan oleh R. Gallo dari Amerika Serikat. Masih ada jenis virus lainnya yang dapat menyebabkan rusaknya sistem kekebalan manusia. Semua jenis virus tersebut termasuk HIV. HIV infected persons (para pengidap HIV) adalah semua orang yang terinfeksi oleh HIV tanpa gejala klinik, yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan antibodi terhadap HIV, biasanya dengan tes ELISA (Enzym-linked immune sorbent assay) dan konfirmasi dengan immune-blot (Western blot) atau isolasi antigen/ virusnya sendiri. Ditularkan melalui cairan sperma, cairan vagina dan darah yang mengandung HIV (Suesen, 1997).
2. Transmisi HIV
Virus HIV dapat hidup dalam darah, cairan vagina, semen, air liur, air mata, air susu ibu (ASI) dan cairan tubuh lainnya. HIV sebagai penyebab AIDS dapat ditularkan melalui transmisi hubungan seks yang tidak terlindungi, transfusi darah, ibu ke anak selama kehamilan dan kelahiran, maupun dari cairan tubuh penderita HIV melalui berbagai instrumen tajam (seperti: jarum, silet/pisau cukur) yang tidak steril dan dipakai secara bergantian (Ekselius et al., 2008).
Epidemi pada dasarnya adalah dinamis. Berdasarkan data yang terkumpul sebagai konsekuensinya, setiap sistem survei surveilans seberapapun canggihnya, hanya akan memberikan gambaran epidemik untuk jangka waktu tertentu. Berdasarkan data tersebut, perencanaan program intervensi tersusun. Pada saat itu pula gambaran epidemi sedikit banyak telah berubah, hal tersebut karena intervensi ini memiliki target yang sangat dinamis (Praptoraharjo dkk. 2007). Oleh karena itu, pencegahan HIV/AIDS diharapkan juga tidak hanya mempertimbang-kan yang telah diperoleh dari surveilans, tetapi juga perlu memproyeksikan ke arah mana penularan HIV ini di masa depan.

3. Universal precaution atau kewaspadaan umum terhadap HIV/AIDS
Universal precaution HIV/AIDS adalah semua upaya pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS di unit-unit pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, rumah bersalin dan lain-lain termasuk di tempat tukang cukur umum. Kewaspadaan universal merupakan suatu pedoman yang diterapkan oleh the Centers for Control and Prevention (CDC) Atlanta 1985 dan the Occupational Safety and Health Administration (OSHA), untuk mencegah transmisi dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan fasilitas kesehatan atau tempat lain yang memungkinkan. Lebih khusus, ada enam macam tindakan kewaspadaan umum yaitu: Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh, bila menangani cairan tubuh pasien gunakan alat pelindung seperti: sarung tangan, masker, kaca mata pelindung, penutup kepala, mantel pelindung (apron), sepatu boot. Penggunaan alat pelindung disesuaikan dengan jenis tindakan yang akan dilakukan; mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan; dekontaminasi cairan tubuh pasien; menggunakan alat kedokteran sekali pakai atau sterilisasi semua alat yang dipergunakan; pemeliharaan kebersihan tempat pelayanan kesehatan dan membuang limbah secara benar. Untuk mencegah penularan lewat alat-alat yang tercemar darah HIV, ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu: semua alat yang menembus kulit dan darah (seperti jarum suntik, jarum tato, pisau cukur) gunakan sekali pakai langsung dibuang dan tidak memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit bergantian dengan orang lain tanpa disteril dengan cara yang benar. Alat-alat tersebut jika telah digunakan harus dilakukan dekontaminasi, yaitu direndam dalam bahan desinfektan cairan chlorin 0,5% selama 10-30 menit. Cairan ini membunuh virus, termasuk virus HIV (Pusdiknakes Depkes RI, 1997) dan (WHO, 1988).
Di Kuwait, untuk tindakan pencegahan universal baku, staf penjara dan narapidana harus diajari tindakan pencegahan universal terhadap luka berdarah yang patogen mencakup HIV dan Hepatitis. Semua narapidana diarahkan peduli terhadap peralatan yang telah digunakan atau dikotori dengan darah atau cairan badan dan kotoran badan harus ditempatkan secara hati-hati agar supaya mencegah pencemaran lingkungan dan perpindahan mikroorganisme kepada narapidana lain atau karyawan. Instrumen yang harus digunakan kembali termasuk pisau cukur harus disterilkan (Akeke et al., 2007).
4. Strategi
Menurut Suesen (1997), strategi pencegahan HIV/AIDS:
(a)    Pencegahan penularan HIV melalui hubungan seksual memerlukan pendidikan/penyuluhan yang intensif dan ditujukan untuk mengubah perilaku seksual masyarakat tertentu sedemikian rupa sehingga mengurangi kemungkinan penularan HIV. Misalnya: tidak melakukan hubungan seksual (abstinence), monogami, mengurangi pasangan seksual sekecil mungkin, menghindari hubungan dengan pekerja seks komersial (PSK) dan meningkatkan pemakaian kondom
(b)    Pencegahan penularan melalui darah
1).  Transfusi darah, adalah dengan mengadakan skrining setiap donor darah yang akan menyumbangkan darahnya dengan memeriksa darah tersebut terhadap antibodi HIV.
2).  Produk darah umum dan plasma pembuatannya harus diproses dengan cara tertentu dan dipantau dengan ketat. Prosedur yang dianjurkan diikuti dengan baik agar produk darah tersebut bebas dari infeksi HIV.
3).  Alat suntik dan alat lain yang dapat melukai kulit/menyebabkan luka/ perdarahan (tato, tusuk jarum, alat/pisau cukur, dsb) dapat dicegah dengan cara desinfeksi alat-alat tersebut dengan pemanasan atau larutan desinfektan. Perlu pengawasan ketat agar setiap alat seperti di atas jika digunakan pada sistem pelayanan kesehatan selalu dalam keadaan steril.
(c)    createimage_small.jpgPencegahan penularan dari ibu-anak (perinatal). Diperkirakan, 50% bayi lahir dari ibu yang sero-positif HIV, akan terinfeksi HIV sebelum, selama dan tidak lama sesudah melahirkan. Cara pencegahan penularan HIV perinatal memerlukan pendidikan kesehatan masyarakat yang luas dan intensif, dengan memberitahukan risiko kehamilan/melahirkan pada ibu yang sero-positif HIV. Di samping itu, pendidikan/penyuluhan yang terus menerus perlu dilakukan untuk membujuk orang tua/ibu yang ingin hamil/mempunyai anak agar memeriksakan darahnya secara sukarela dan minta nasihat (counseling).
(d)    Mengurangi dampak negatif infeksi HIV. Upaya ini dilakukan terhadap individu, golongan maupun masyarakat umumnya. Kepada mereka perlu diberikan pendidikan/penyuluhan, counseling atau cara lain untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, terutama kepada yang HIV positif baik dengan gejala maupun tidak, dan juga pasangan seksual, keluarga dan lingkungannya. Hal ini penting dilakukan sehubungan dengan dampak infeksi HIV di bidang psikologis dan bidang lainnya, yang mempengaruhi kehidupan mereka selanjutnya.
Salah satu strategi peningkatan promosi kesehatan nasional adalah peningkatan kerjasama dan kemitraan, strategi ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan promosi kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi maslah-masalah kesehatan yang memerlukan kerjasama lintas sektor khususnya HIV/AIDS, penyalahgunaan napza, masalah rokok, dan masalah-masalah kesehatan akibat bencana/pengungsian. Strategi ini juga dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kemitraan terutama dengan tokoh-tokoh masyarakat (termasuk tokoh agama, tokoh politik, budayawan, selebriti, dan lain-lain), LSM, kalangan wartawan, jurnalis dan reporter (baik media masa cetak, radio maupun televisi) (Depkes RI, 2005).
Untuk pengendalian HIV/AIDS, STI dan TB di Kwazulu-Natal Afrika Selatan dilakukan penelitian terhadap 233 orang penyembuh/pengobatan tradisional selama 3,5 hari dengan materi pendidikan kesehatan dan pelatihan sterilisasi pisau cukur, kondom dan sarung tangan, kemudian hasilnya dievaluasi setelah 7-9 bulan. Hasil penelitian menyimpulkan: pengetahuan para penyembuh tradisional tentang HIV/AIDS, STI dan TB meningkat; penyembuh tradisional keberatan jika harus merujuk klien TB ke petugas kesehatan; penyembuh tradisional wanita mempunyai klien cukup banyak, sehingga mempunyai peran penting dalam mendukung program penanggulangan HIV/AIDS; praktek penyembuh tradisional yang bisa mengakibatkan transmisi HIV sulit diubah dengan pertimbangan budaya; program akan sukses jika disediakan pisau cukur dan sarung tangan steril secara berkala (Peltzer at al., 2006) Manajemen program, sehingga system dan aktivitas kesehatan sekolah dapat berjalan dan berkembang sebagai bagian integral dari system kesehatan masyarakat.

Bertanggung jawab terhadap upaya proteksi dan promosi kesehatan